Sinema elektronik di televisi juga setali tiga uang alias sama saja, menampilkan sinetron religi yang sesat, misteri yang salah kaprah (misal arwah orang meninggal jadi hantu, padahal semua jiwa orang yang meninggal berada di alam arwah menunggu penantian) dan kiai sesat menyesatkan dengan ajaran klenik.
Sejak bayi lahir pun sudah banyak tahayul yang diajarkan secara turun temurun misalnya plasenta (ari-ari) yang dianggap saudara/teman si bayi sehingga harus diperlakukan istimewa sewaktu menguburnya. Harus dengan bunga tujuh rupa, dilengkapi bumbu dapur dan seperangkat peralatan sebagai simbolisasi harapan orang tua supaya si bayi kelak menjadi anak pintar, sholeh (padahal caranya saja sudah tidak benar). Jangan heran bila melihat ari-ari dikubur dengan peralatan tadi ditambah buku tulis, pensil, jarum. Saya bertanya dalam hati, apakah si Thukul Arwana dulu ari-arinya dikubur bersama dengan laptop ya?
Bayi yang dalam perawatan tali pusarnya memerlukan kasa/perban, juga tidak boleh dibuang sembarangan. Kasa tadi harus dikubur bersama ari-ari atau diamankan supaya tidak terbakar. Berkaitan dengan bakar membakar ini saya teringat dengan tahayul yang masih dianut sebagian (besar) masyarakat yaitu tahayul celana dalam.
Kemanakah celana dalam yang sudah tidak terpakai dibuang? Untuk orang yang sudah berpikir anti tahayul akan membuang di tempat sampah. Dibungkus rapi dengan tas plastik dan diletakkan di tempat sampah sudah cukup, tidak berpikir nanti sampah ini akan berakhir di TPA akan dibakar tidak ya? Mengapa takut dibakar?
Celana dalam dan pakaian lain yang dibuang di sampah dan dibakar menurut ahlul tahayul akan menyebabkan tubuh pemilik pakaian menjadi ikut sakit seperti terbakar. Kulit melepuh dan meleleh, begitu katanya. Apakah celana dalam yang sudah tidak terpakai masih disimpan di dalam lemari karena takut terbakar atau disalahgunakan orang untuk ilmu pelet? Bila jawabannya: ya, berarti masih ada ketakutan dan percaya akan tahayul tentang celana dalam itu.
Saatnya bongkar lemari dan buang celana dalam dan pakaian yang sudah usang. Bila masih layak pakai, tawarkan kepada saudara kita yang masih membutuhkannya. Bila sudah benar-benar jadi gombal mukiyo (Jawa: kain lusuh), bungkus rapi dan buang di tempat sampah.
Cerita Ritual Celana Dalam
Ada-ada saja kelakuan para dukun dalam menjalankan ritualnya. Mulai dari bakar celana dalam, telanjang bulat dan juga membakar kemenyan dengan menggunakan bensin yang berujung pada kematian.
Hal ini terjadi di Jalan Petamburan V, RT 05/08 nomor 24, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (16/9) malam kemarin sekitar pukul 19.30 WIB. Muhammad Ridwan membakar celana dalam sang isteri agar pujaannya hatinya itu kembali pulang. Tapi bukannya sang istri pulang, Ridwan malah menjadi bulan-bulanan warga hingga babak belur. Dia dituduh tak waras dan hendak membakar rumah.
"Pelaku mempunyai keyakinan seperti dukun, di mana istri pelaku kabur dan dia membakar celana dalam istrinya. Selanjutnya asapnya akan diusapkan di badannya dengan maksud supaya istrinya kembali," terang Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang, Kompol Widarto dalam pesan singkatnya, Senin (17/9).
Sukar dipercaya memang. Tapi peristiwa yang tak kalah aneh terjadi di Kecamatan Kota Juang, Aceh. Saat sedang melakukan ritual semedi bersama istri serta anaknya dengan bertelanjang bulat, rumah milik Mukhtar dibakar dan diamuk warga.
Pengaruh mistis Mukhtar diketahui saat seorang pemuda Geudong-geudong dirasuki roh halus. Dari ocehan pemuda tersebut terungkap ada dukun santet yang sedang melakukan ritual gaib. Mendengar ocehan pemuda tersebut, sejumlah warga lalu mendatangi kediaman Mukhtar. Mereka mendapati dukun ini bersama istri serta anaknya, sedang bersemedi dalam kondisi bugil. Kontan warga pun mengamuk.
Kejadian yang sama juga menimpa seorang dukun asal Desa Serayu, Ponorogo Jawa Timur bernama Satimin. Dia mengalami luka bakar serius saat sedang menggelar ritual pembongkaran rumah tetangganya bernama Kasdi. Ketika itu, bensin yang digunakan untuk membuat perapian tiba-tiba tersulut bara api dari kemenyan. Akibatnya Satimin harus menjalani perawatan di RS Aisiyah, karena menderita luka bakar parah.
Berbeda dengan kisah dukun pelet, santet dan mistis tersebut, Mohamad Sahid (58) punya gaya sendiri. Warga Kota Blitar itu berhasil mengelabui gadis berusia 17 tahun dengan berpura-pura mengaku sebagai dukun.
Saat itu korban bernama Mawar meminta ilmu pengasihan agar dirinya mudah didekati lawan jenis. Namun hal tersebut dimanfaatkan oleh sang dukun cabul untuk memanfaatkan korban. Karena percaya dengan perkataan sang dukun, Bunga mengikuti saran yang diberikan untuk melakukan ritual mandi kembang tengah malam. Namun usai mandi dan bersemedi Bunga justru ditiduri.
Perbuatan bejat Mohamad Said akhirnya membuahkan hasil, Bunga diketahui berbadan dua. Kesal karena anaknya dicabuli oleh pelaku, kemudian orang tua korban melaporkannya ke Mapolresta Blitar. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, petugas kemudian menggelandang pelaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar