Sejak dulu Adat Istiadat tradisi atau kebudayaan sudah ada, dan itu sama sekali tidak melanggar syariat, ya itu sah-sah saja dikerjakan. Atau bahkan sama sekali tidak ada unsur sedikitpun dengan ajaran agama tertentu, tidak ada larangan untuk dikerjakan.
Jadi dalam hal pergaulan sosial dan budaya suatu negeri itu semuanya sah-sah saja dan layak dikerjakan selama adat tersebut tidak melanggar syariat yang ada! Bahkan pergaulan kepada orang Non-Muslim. Syariat ini membuka lebar sekali pergaulan dengan mereka selama tidak ada syariat yang ditabrak.
Nah untuk masalah mengerik alis mata ini, itu memang menjadi kebiasaan atau adat dibeberapa daerah di Indonesia ini pada momen-momen pernikahan. Dalam tradisi jawa dahulunya kerik alis bisa menandakan status keperawanan seseorang ada cara dan tanda-tanda tertentu yang bisa membuat sipengerik atau tukang andam (penghias pengantin) bisa mengetahui hal itu tentunya dengan keahlian yang dimiliki andam tersebut.
Gagar Mayang atau Kembar Mayang
Dalam dekorasi pernikahan Jawa, pasti akan ditemui bagian yang dinamakan gagar mayang atau kembar mayang. Kembar mayang merupakan rangkaian hiasan yang terbuat dari rangkaian daun kelapa yang masih muda atau yang di sebut janur dengan hiasan buah-buahan dan juga bunga. Sebagaimana namanya, yaitu kembar mayang, maka jumlah komponen ini selalu berjumlah dua buah.
Pada adat pernikahan Jawa, kehadiran kembar mayang ini bukan sekadar sebagai bagian dekorasi pernikahan Jawa semata. Namun terdapat makna mendalam di balik kehadiran kembar mayang tersebut. Makna tersebut bukan hanya ada ketika prosesi pernikahan berlangsung saja. Namun makna tersebut sudah hadir ketika prosesi pernikahan belum berlangsung, selama prosesi dan setelah prosesi pernikahan itu selesai.
Awal mulanya, kembar mayang hanya hadir pada pesta pernikahan keluarga kerajaan saja. Namun karena keberadaannya yang dianggap penting, maka dalam setiap prosesi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa kembar mayang merupakan bagian yang harus selalu ada.
Tujuan Gagar Mayang atau Kembar Mayang
Selain sebagai bagian dari prosesi pernikahan, kembar mayang juga digunakan untuk beberapa upacara lain. Di antaranya yang menggunakan kembar mayang sebagai kelengkapan prosesi upacara tersebut adalah :
* Untuk upacara temu penganten
* Sebagai media penolak bahaya atau tolak bala
* Prosesi pelantikan jabatan seseorang
* Penghormatan pada seseorang yang dianggap sebagai pahlawan.
Kembar Mayang Dalam Pernikahan
Fungsi kembar mayang sendiri dalam prosesi pernikahan memiliki beberapa arti yang mendalam. Di antaranya adalah sebagai pesan kepada sang pengantin, untuk selalu bisa mempertahankan keutuhan rumah tangganya sesulit apapun halangan yang dihadapi. Adapula yang bisa mengartikan gagar mayang atau kembar mayang tersebut jika cepat layu maka keadaan si pengantin tidak perawan lagi namun jika masih segar gagar mayang tersebut maka pengantinnya masih perawan itu tergantung pendapat dan kepercayaan masing-masing.
Hal ini terkait dengan prosesi pembuatan kembar mayang yang harus melalui serangkaian syarat. Di antaranya bahwa pembuatan kembar mayang, harus dilakukan dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati serta menggunakan bahan-bahan terbaik.
Selain itu, mengerjakan kembar mayang harus dilakukan dalam satu waktu dan tidak boleh ditunda. Ini menyiratkan simbol bahwa pernikahan haruslah dilakukan sekali seumur hidup. Demikian pula syarat lain bahwa pembuatan kembar mayang harus dilakukan di tempat yang paling baik.
Ini menyimbolkan bahwa pernikahan harus dilakukan dengan hati yang penuh cinta kasih. Demikian pula, syarat do’a yang harus ada ketika mulai pembuatan dan setelah selesai pembuatan kembar mayang. Maknanya adalah, setiap aktivitas haruslah diawali dan diakhiri dengan do’a.
Dalam tradisi Jawa kedua kembar mayang tersebut memiliki nama, masing-masing dinamakan Dewandarudan Kalpandaru. Sejak dulu Kembar mayang dipercaya sebagai pinjaman dari para dewa, sehingga setelah upacara selesai harus dikembalikan dengan membuang di perempatan jalan atau dilabuh (dihanyutkan) di sungai atau laut.
Ritual nebus kembar mayang biasanya dilakukan dengan cara membeli kembar mayang dari si pembuatnya. Kembar mayang ditebus oleh orang tua dari pihak mempelai wanita dan selanjutnya dibawa oleh sepasang perawan dan perjaka atau disebut Prawan Sunthi dan Joko Kumolo.
Pada saat mempelai dipertemukan, Prawan Sunthi dan Joko Kumolo yang bertugas membawa kembar mayang tadi mengiringi di sampingnya. Jika mempelai wanita masih perawan, cara membawa kembar mayang diangkat sejajar pundak. Namun jika mempelai wanita sudah hamil cara membawanya tidak boleh di atas perut.
Selain tradisi tersebut diatas, ada lagi cerita tradisi yang selama ini tidak tersurat, bahwa kembar mayang [gagar mayang] merupakan simbol dari pertemuan perawan dan perjaka. Masyarakat desa yang masih memegang tradisi, selalu berebut melihat kembar mayang saat pesta karena ada yang khas dalam simbol ini. Masyarakat sebagian menilai, saat pesta pernikahan berlangsung, jika gagar mayang tidak layu berarti mempelai masih perawan/perjaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar